Cokelat punya kisah 2
-1 minggu kemudian-
“Kringg..” Hp ku
berdering. “Iya Vi ada apa?” jawabku. “lemes banget loe. Eh Ra ngga sibuk kan? Cari
makan yuk, laper gue, kangen juga jalan sama loe. Gue tunggu di tempat biasa”
tegas Viola. “Eeh vi tunggu!” Hfft. Baiklah udah siap, waktunya on the way!
sekitar 30 menit nunggu Vio di tempat biasa makan “Lama banget Vio” kesalku. “(plak..plak..plak)”
suara langkah. “Loh kok? Kau..?”. “Iya, boleh kaka duduk?” senyum padaku. “E..ya
silahkan” seketika tubuhku gemetar entah pertanda apa ini. “Santai aja, kaka ga
akan lama kok, kaka sengaja minta bantuan Vio supaya bisa bertemu dengan kamu, ya
mungkin untuk terakhir kalinya. kaka ingin minta maaf secara langsung, maaf buat
masalalu yang menyakitimu. Maaf juga udah bikin kamu kesel,marah,emosi dengan
puisi puisi kuno yang kaka kirim itu, em yang terakhir..”. “Tunggu! Kaka ku
mohon stop, Aku udah tau semuanya dari Vio, maafin aku ka!”. “Tak perlu Ra”. “Ka,
sebenarnya Aku..”. ”Kaka sayang kamu Ra! Hanya kamu dan hanya karena Allah. Maaf
kaka ga bisa terus membohongi hati ini.” tegas Ka Raihan. “Ka Aku juga sayang
kaka, hanya kaka dan hanya karena Allah” balasku. “Kau fokus belajar! Gapai
cita-citamu. setelah kuliah dan karier ini sukses, kaka segera kembali. Ini
untukmu, sampai jumpa BIDADARI SYURGAKU” ucap ka raihan seraya melangkahkan
kakinya. Hanya sebatang coklat, setangkai mawar dan sepucuk surat yang Ia tinggalkan.
“Untuk kau bidadari syurgaku, tiada kata
yang bisa kusampaikan selain maaf dan terimakasih sudah memberi arti dihidupku
yang sepi. Aku akan pergi, bukan meninggalkanmu, hanya terlepas darimu. Jika
kamu yakin akanku, maka memang inilah cara yang terbaik untuk dijalani” sepucuk surat darinya. Seketika tangisku
pecah “Aku..aku..ya tuhan” Aku
mencoba kuat, ya aku harus kuat. Aku sadar mungkin memang benar semua akan
indah pada waktunya.
Hari demi hari
berlalu, ku lihat kembali “ 21,22,23, tunggu-tunggu besok tanggal 23? Berarti besok
acara pelepasan kelas XII, ya ka raihan!” satu sisi ku merasa takut akan
kepergiannya, tapi disisi lain aku ingin sekali berjumpa dengannya. “Kringg..”
denting alarm itu membuat semangatku kian membara “ya aku harus bertemu ka
raihan, aku harus cepat cepat pergi” tekad ku. Segera ku menuju ibu dan lari
bergegas ke sekolah. 5 langkah lagi ! “teng..teng..” bel berbunyi “Ayo Ra ayo
cepat” teriakku. “Ya tuhan aku telat! pak pak ku mohon izinkan ku masuk” dengan
nafas tersengal-sengal. “Gabisa de” jawab pak satpam “Pak hayolah ku mohon” “gabisa!”
tegas nya. “Tolong buka gerbangnya pak!” suara itu, ya ka Raihan. “Baik,
silahkan masuk” luluh pak satpam. “Ayo Ra kita masuk” ajak ka raihan. “ “Tapi
ka..” “Sudahlah, hayo..” paksa ka Raihan,dalam sela langkah, ku beranikan diri
menanyakan sesuatu padanya “Hmm, kaka yakin akan kuliah disana?” dengan nada
lemah. “apa perlu kaka tegaskan kembali?”. “Emm, maaf ka bukan bermaksud..”. “Ra, denger
kaka. Raga boleh terpisah tapi satu hal yang harus kau ingat, jiwa kaka tak
akan pernah terpisah darimu. Insyaallah, doakan kaka” tegas ka Raihan “Kaka
selalu ada dalam doa ku, cepat kembali ya :’)” lirihku. “ Jaga baik baik hati
dan dirimu, salam buat ibu dan ayah. Ini untukmu” “Hmm” aku hanya mengangguk,
entah sedih ataukah bahagia yang kurasakan. Sebatang coklat, setangkai mawar,
dan sebait puisi itu menjadi saksi meluncurnya butiran embun dari kelopak mawar
yang mulai layu.
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” Puisinya.
“Setiaku kepadamu
karena Allah” balasku dalam hati.
----END----
0 komentar:
Posting Komentar